Flash Magazine

Jumat, 01 Mei 2009

Asiknya Berkarier di ‘Udara’


Bayangkan jika kita berada di tengah kemacetan kota pada saat sedang pergi hang out bareng-bareng sama temen kita di dalam mobil. Bayangkan jika kita selama setengah jam atau berjam-jam (jika kita terjebak dalam situasi macet total) berikutnya, kita mendengarkan alunan musik yang sama dari CD yang sama secara terus-menerus. Boring banget ga sih? Tapi untunglah di tengah perjalanan saat kita menuju tempat tujuan, ada satu sahabat setia kita yang selalu menemani kita di jalanan dengan kicauannya. Si sahabat inilah yang membuat setiap perjalanan jauh atau hari-hari kita terasa fresh setiap saat. Siapakah dia? Tak lain, tak bukan jawabannya adalah radio!

INTERMEZZO: APA ITU DUNIA BROADCASTING?

Bagaimana sebuah radio berproduksi? Bagaimana sebuah radio bisa ada? Itu semua merupakan pertanyaan-pertanyaan dasar dari berdirinya sebuah dunia broadcasting. Loh koq bisa? Bisa! Karena dunia radio merupakan dunia broadcasting dimana semua orang yang terlibat di dalamnya dituntut untuk memiliki informasi dan kemampuan yang memadai di bidang ini.

Secara teknis, radio bekerja dengan mengubah suara atau sinyal lain menjadi gelombang elektromagnetik atau disebut juga gelombang radio. Gelombang inilah yang bergerak melalui udara dan angkasa menembus benda padat. Hal ini mungkin karena gelombang ini bergerak dengan ukuran kecepatan cahaya 299,792 km/detik. Saat sinyal diterima receiver, ia segera diubah ke bentuk semula yaitu suara. See? Jadi itulah proses dimana kita bisa mendengarkan lagu-lagu Melly Goeslaw atau dari Maroon 5 saat kita sedang mencari-cari gelombang radio di dalam mobil atau sedang bengong di dalam kamar saat tape kesayangan menyiarkan suara penyiar favorit kita.

BROADCASTING: BEHIND THE SCENE

Coba tebak beberapa nama berikut! Indra Safera, Farhan, Meutia Kasim, Indy Barents, dsb. Apakah nama-nama mereka terdengar begitu familiar? Yup! Tepat sekali! Mereka adalah para entertainer yang saat ini seringkali nongol di layar kaca untuk menghibur kita sebagai presenter atau terkadang bintang iklan. Dari manakah mereka memulai karir? Jawabannya hanya satu: dunia broadcasting!

Walaupun dunia broadcasting merupakan sebuah dunia behind the scene, tapi profesi-profesi yang ada di dalamnya tak kalah menarik dan menantang lhooo... Buktinya, nama-nama artis di atas mengawali karirnya dari dunia ini.

Berikut adalah profesi-profesi yang terdapat dalam dunia broadcasting, yang oke banget untuk dijadikan pilihan karir. Check this out!

Penyiar

Bisa dibilang, penyiar merupakan ujung tombak sebuah stasiun radio. Merekalah yang sehari-hari menyapa pendengar dengan suara merdunya yang hangat dan komunikatif setiap hari. Sebenarnya, syarat apa aja yang dibutuhin untuk jadi seorang penyiar radio?

Ilmu komunikasi adalah kuncinya! Lebih spesifik lagi, seorang penyiar radio dituntut dan wajib untuk memiliki bakat ngomong dan bakat berkomunikasi karena mereka memiliki keharusan untuk ‘mengikat’ pendengar agar tidak pindah gelombang.

Wawasan yang luas juga sangat wajib dimiliki oleh seorang penyiar radio karena masalah ini sangat berhubungan dengan segmentasi pendengar. Misalnya: pemakaian bahasa gaul yang up to date, informasi film-film yang sedang in, dsb.

Syarat mutlak terakhir adalah artikulasi vokal yang jelas dan talkactive. Maksudnya artikulasi di sini adalah penuturan kalimat yang jelas untuk setiap kali berbicara. Tidak boleh terdengar seperti gumaman atau terlalu banyak membuat banyak kesalahan saat berbicara. Ada bagusnya juga seorang penyiar memiliki vokal yang terdengar oke di mikrofon. Tapi, kalau tidak pun bukan menjadi masalah besar. Bahkan Rico Ceper pun bisa jadi penyiar radio Mustang meski memiliki keterbatasan dalam pengucapan huruf “R” alias cadel. Toh nantinya setiap penyiar akan memiliki suara dan gaya yang pas untuk dirinya sendiri.

Ayo coba ngelamar dari sekarang! Di Prambors, setiap lowongan penyiar terbuka, yang ngelamar bisa 400-500 orang lho, malah dulu sebelum screening diperketat (sekarang harus melampirkan contoh suara, red), HRD Prambors bisa kewalahan nerima 800-1000 lamaran kerja. Ckckckck... Setelah lolos screening dll, calon penyiar akan melalui proses training selama 3-6 bulan, trus mulai probation siaran di “jam aman” (regular time). Kedepannya, penyiar tersebut akan terlihat ‘laku-ga-laku’nya dari berbagai cara, misalnya dari data respon langsung, data riset Nielson, FGD, media value, dll.

Buat apa? Buat nentuin harga spot siaran kamu sendiri. Artinya, semakin banyak orang yang dengerin siaran kamu, semakin mahal harga spot kamu. Di sinilah peran penyiar dalam mengembangkan bisnis radio tempatnya bekerja. Kalo kamu udah berhasil bawa massa, maka bisa dipastikan kamu akan jadi aset yang sangat berharga. Karna itu seorang penyiar harus pinter-pinter bikin materi siaran yang oke punya (per 15 menit), biar ga ditinggal pendengernya. Dan jangan lupa, penyiar itu juga harus ngikutin etika media, jadi ga boleh ngomong sembarangan yah...

Nah enaknya jadi penyiar nih, jam kerjanya cukup fleksibel lho, cuma 2-4 jam sehari. Makanya banyak juga penyiar yang masih berstatus mahasiswa, secara jam kerjanya masih bisa dikompromikan ama jadwal kuliah gitu loh..

Music Director (MD)

Tugas utama dari seorang MD adalah memilih lagu-lagu dan jenis musik yang sesuai dengan target pendengar, yang akan diperdengarkan tiap harinya (playlist). Oleh karena itu, seorang MD dituntut untuk memiliki sense musik yang kuat. Hal ini juga ditekankan oleh Yuma Maharani, selaku MD Radio Paramuda Bandung.

Pengetahuan yang mendalam tentang musik, serta feeling yang tajam tentang lagu-lagu yang sedang dan bakal menjadi hit merupakan syarat lain yang tidak dapat diganggu gugat. Seorang MD juga bertugas untuk meng-update lagu-lagu baru dan mengganti lagu-lagu lama yang sekiranya bakal fade. Dalam sebuah stasiun radio, kehadiran MD sangatlah penting karena MD lah yang menentukan target jenis musik tertentu yang disukai oleh pendengar dan berhubungan dengan image stasiun radio itu sendiri. Tugas lain yang tak kalah penting adalah membuat tangga lagu (charts) secara berkala. Pembuatan charts ini umumnya mengacu pada rekapitulasi request lagu yang masuk dibantu dengan feeling untuk menentukan posisi urutan lagu. MD juga bertugas untuk mencari jenis lagu yang cocok untuk background sebuah program acara radio. Ibaratnya sebuah pesta, musik merupakan sebuah dekorasi yang dapat ‘mempercantik’ acara tersebut untuk hear catchy di telinga pendengar.

Kedengerannya terlalu santai, tapi jangan salah, tanggung jawab MD itu sebenernya lebih besar lho, soalnya 60% dari materi siaran itu kan musik, jadi bener-bener harus diperhitungkan dengan seksama, musik-musik mana aja yang akan diputer... Karna seandainya MD salah pilih lagu, dia akan kehilangan opportunity yang besar sekali. Persis kayak main saham kan? Jadi, biar nggak salah pilih lagu, MD juga dituntut untuk mengetahui needs dari pendengar/market radionya.

Program Director (PD)

Biasanya jabatan PD dipegang oleh para penyiar senior yang sudah kenyang makan asam garam dalam dunia radio. Seperti MD, PD juga merupakan sebuah posisi vital di dalam sebuah stasiun radio karena mereka yang bertugas dan bertanggung jawab terhadap semua program on air sebuah stasiun radio. Mulai dari perancangan konsep sampai pada program secara keseluruhan. Baik rancangan acara harian yang menarik hingga membuat event-event khusus, semisal wawancara dengan artis, promosi keliling, dsb. Oleh karena itu, seorang PD wajib memiliki kreativitas yang tinggi.

“Pada dasarnya, saat sebuah stasiun radio memutuskan untuk membuat sebuah program on air baru, perancangan konsepnya dirundingkan dengan seluruh staf radio. Bisa dibilang, sebuah acara radio itu bukan hasil dari kepala satu orang saja, tapi dari gabungan beberapa orang yang kita sebut sebagai tim sukses. Orang-orangnya ya kita-kita juga...,” jelas Athir, selaku PD Radio Paramuda Bandung sambil tertawa. Dalam keseharian tugasnya, PD dibantu oleh MD, script writer (yang bertugas untuk membuat naskah acara talk show) dan copy writer (yang bertugas untuk membuat adlips), juga melibatkan penyiar dan produser, tentunya.

Nah, PD ini juga berwenang untuk “memantau” laku-ga-laku-nya penyiar lho. Karna dari kacamata PD, penyiar nggak lebih dari “komoditas”. Sadis juga sih, hehe, tapi ya begitulah bisnis...

Produser

“Ce’es-an Penyiar”, itulah produser. Bersama penyiar, produser mikirin konsep kreatif program siaran, misalnya topik apa yang mau dibicarain hari ini. Di sini produser harus punya banyak stok topik, paling tidak untuk 1 minggu ke depan. Jadi, ‘dar-ling’ (sadar lingkungan, red) ato aware dengan apa yang lagi hangat diperbincangkan alias ga kuper, udah pasti jadi syarat utama untuk jadi produser.

Selain profesi-profesi di atas, masih ada lagi beberapa profesi lainnya yang layak diincar di dunia radio, yaitu:

Dari nama jabatannya aja udah jelas-jelas bikin ngiler, hehe.... Tugasnya mengatur semua hal yang berhubungan dengan aktivitas sebuah stasiun radio, mulai dari manajemen karyawan (penyiar, MD, PD, serta para asisten mereka), perlengkapan on air, dan sebagainya.

Langkah awal merintis karir sebagai MD dan PD

Bertugas untuk membuat naskah untuk acara-acara talk show di radio dan iklan radio

Mengatur lalu lintas acara radio. Misalnya, kapan iklan harus masuk, kapan penyiar harus bicara, dsb. Posisi ini tidak selalu ada di setiap stasiun radio.

Sama halnya reporter majalah or tv, reporter di radio juga bertugas untuk mencari berita ‘di luar sana’ yang kemudian dilaporkan secara live (on air) pada waktu siaran.

Itulah profesi-profesi yang menjanjikan dari dunia broadcasting. Masih belom puas? Baca dulu yang di bawah ini...

SALARY: BERANI ADU SLIP GAJI!

Kru radio mungkin banyak dipandang sebelah mata sama orang, termasuk oleh karyawan kantoran. Padahal nih, kalo ngomongin soal pendapatan bulanan alias benefit alias gaji, nominal yang diterima oleh mereka atas hasil kerjanya tiap bulan, kompetitif banget loh! Malah kalo kerjaan kamu bener-bener bagus, ato kamu bisa menghadirkan banyak massa/pendengar (untuk penyiar), maka peluang kamu untuk mendapatkan gaji selevel CEO pun akan terbuka lebar!! Buktinya, banyak kan artis kita yang masih mau nyempet-nyempetin jadi penyiar di tengah kesibukannya yang padat --misal Ari Daging & Desta Club 80’s (Prambors), Iwed Ramadhan (Hard Rock FM), Indra Bekti (Trax FM)-. Soalnya, bayarannya menggoda siiich.. hihihi. “Pokoknya kalo orang-orang itu (yang ngeremehin broadcaster, red) ngeliat slip gaji gue, gue jamin mereka akan berubah pikiran deh... Kita mah keliatannya doang nggak kaya...,” kata Warman dengan pedenya.

BANYAK PELUANG UNTUK BROADCASTER

Yang paling enak dari bekerja di dunia broadcasting adalah, networking-nya yang luas udah pasti menjanjikan banyak peluang lain yang akan terbuka, baik dari dunia broadcasting itu sendiri (dari 1 perusahaan broadcasting ke perusahaan broadcasting lainnya) ato dari industri lain. Kalo ditanya bukti, nggak susah deh untuk cari contoh success story orang-orang yang mengawali karirnya dari dunia broadcasting lainnya. Misalnya Mutia Kasim, Farhan, Indy Barend, atau para komedian yang mulanya siaran di radio SK. Gitu juga dengan suksesnya Vena Annisa, mantan penyiar Prambors yang kini punya PH sendiri (ingat 'Katakan Cinta'?) dan aktif dengan VOA (Voice of America)-nya, 'n Sesa (juga mantan penyiar Prambors) yang sekarang lagi seru-serunya jadi Pemred salah satu free magazine yang terkenal di kalangan pelajar Jakarta. Paling nggak, penyiar radio itu sering kali diminta jadi MC untuk acara-acara off-air, atau jadi pengisi suara iklan/dubber.

Meski disini yang paling jelas terlihat banyak memiliki peluang lain adalah posisi penyiar, bukan berarti profesi broadcaster lainnya nggak dilirik lho! Seorang MD yang udah terbukti punya sense of music yang bagus, bisa dibajak perusahaan rekaman besar atas analisisnya itu, atau diminta untuk 'mengurusi' nada sambung ponsel oleh perusahaan telekomunikasi. Trus script writer/copy writer, bisa berkembang jadi content writer ato penulis naskah sinteron/film... PD? Apalagi... dengan banyaknya pengalaman yang dilimilikinya, udah pasti membuat PD banyak jadi inceran banyak perusahaan.

So...., udah mulai sirik ama karir broadcaster? Hehe.. Kalo emang minat, coba aja tekunin lagi dengan belajar di tempat-tempat kursus broadcasting, ato kalo masih bisa, langsung aja kuliah di kampus yang punya jurusan broadcasting, seperti D3 FISIP UI (Depok), Universitas Budi Luhur (Jakarta), Universitas Indonusa Esa Unggul (Jakarta), Universitas Sahid (Jakarta), London School (Jakarta), Universitas Mercu Buana (Jakarta), ARS International (Bandung), Universitas Padjajaran (Bandung), Universitas Sebelas Maret (Solo), Universitas Gajah Mada (Jogja), Universitas Airlangga (Surabaya).

Selamat mengudara!

Testimoni:

Cici Panda - Penyiar Prambors

“Duitnya lumayan, trus dapet fans & bisa side job pula!”

"Menurut gw jadi penyiar itu adalah profesi impian sejuta umat, gimana engga, modal ngomong tapi bisa dapet duit lumayan, digilai fans, kaya gw.. hehe, belum lagi bisa side job, dan bikin ngetop! Pokoknya asyik banget. Tapi jadi penyiar itu ga semudah yang lo bayangin tapi juga ga sesulit yang lo pikirin. Ya intinya kalo lo mau jadi penyiar yang paling penting lo harus gaul dulu tapi bukan sok gaul ye, arti gaul disini, lo harus tahu berita/informasi yang sedang up to date saat ini, suka musik, dan yang paling penting wawasan lo luas kaya gw…hehe. Kalo soal suara itu bisa dilatih kok, begitu juga untuk hal-hal yang sifatnya teknis. Tapi ada satu hal yang lebih penting dari semua itu, kalo lo pengen jadi penyiar, lo harus bikin surat lamaran dengan posisi penyiar dan lo cari deh stasiun radio mana yang butuh seorang penyiar.. hehe."

Okki Mucho - Penyiar & Music Director Prambors

“Fun banget!”

“Kerja jadi penyiar itu kaya ngga ngerasa kerja, soalnya fun banget. Jadi MD juga gitu. Tugasnya, nentuin setiap lagu yang mau diputer di setiap program siaran, trus juga nganalisa lagu-lagu baru, yang mana yang kira-kira bakal jadi hits... Gue udah 6 tahun kerja di prambors, dan menurut gu, kerja di radio itu sangat asik dan menjanjikan. Seru lah pokoknya.. Pesen gue buat yang mau jadi penyiar, sering-sering deh dengerin Prambors dari sekarang, terutama siaran gue, hehe..."

Warman Nasution - Dari Penyiar, MD sampe PD

“PD lebih menantang”

"Gue jadi penyiar dari tahun 2000 sampe 2004, trus setahun jadi MD (Maksiat Director, hehe), dan sekarang dipercaya jadi PD (Pembantu Dajjal, hahaha). Bagian yang paling seru menurut gue, ya di PD ini, karna lebih menantang. Gue dituntut untuk bisa ngeliat bisnis ini secara luas, jadi bukan cuma mikirin yang penting menarik aja, tapi juga harus mikirin dari segi bisnis (efisiensi biaya). Kerja di radio asik kok, boleh pake celana pendek, hehe.. penghasilannya juga ga kalah ama orang kantoran."

(Jastis, Lia, Tami)

posted by Flash Magazine at 01.28 0 comments

Ayo Terobos Peluang di Sektor Pertanian!

“Pertanian itu adalah ujung tombak produksi, maka akan sangat disayangkan sekali bila nggak ada lagi orang yang mau mempelajari pertanian. Bisa-bisa besok-besok kita hanya makan nasi sesuap-dua suap saja."

“Sekilas Info”

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi kuartal ketiga 2007 mencapai 6,5 persen dibanding kuartal yang sama tahun lalu. Sumbangan tertinggi pertumbuhan ekonomi yang di luar perkiraan banyak pihak ini berasal dari sektor pertanian sebesar 1,3 persen, melebihi kontribusi sektor industri dan perdagangan yang kali ini menyumbang masing-masing 1,2%. Dari data tersebut, tingkat pertumbuhan pertanian berarti naik menjadi 4,3%. Ini mengulangi sejarah bahwa pertumbuhan pertanian mampu di atas 3%. ‘’Dalam sejarah republik, hanya empat kali pertumbuhan pertanian di atas 3%. Biasanya relatif rendah,’’ kata Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada Penghargaan Ketahanan Pangan 2007 di Istana Negara Jakarta, Kamis 15/11.

Ironis

Pertumbuhan tersebut dilihat sebagai suatu yang mengagumkan. Padahal sebenernya hal tersebut bukanlah sesuatu yang ‘aneh’, melainkan memang udah seharusnya begitu. Karna, di setiap negara maju, sektor pertanian pasti diutamakan terlebih dahulu sampai bener-bener maju, baru akhirnya memajukan sektor lainnya. Makanya nggak heran kalo Amerika dan Eropa pun ngotot nggak mau menyepakati WTO untuk perdagangan bebas di sektor pertanian karna mau melindungi pertanian dalam negerinya. Mereka yakin, tidak akan pernah ada negara yang makmur dan mandiri secara politik ekonomi tanpa disertai kemandirian pertanian. So, agak ironis kalo negeri kita ini udah 'sumringah' dengan pertumbuhan yang cuma beda tipis dengan industri lainnya.

Penyebab Keironisan

Di lain pihak, bisa jadi perasaan senang bangsa kita melihat pertumbuhan sektor pertanian tersebut karena merasa cukup 'surprised' pertanian bisa 'survived' padahal ia sudah cukup lama di-'anak tiri'-kan. Dulu, di jaman pemerintahan Soeharto, sektor pertanian pernah menyumbangkan devisa tertinggi bagi negeri ini, sehingga pertanian dianggap bisa menjadi suatu pilihan pekerjaan yang menjanjikan. Nggak cuma bagi petani yang terlibat dalam proses produksi, tapi juga bagi para generasi muda yang berkecimpung dalam pendidikan ilmu pertanian. Mereka benar-benar terjun ke lapangan dan berusaha menjadikan Indonesia "benar-benar" sebagai negara agraris. Dan bagusnya, tujuan mulia tersebut juga didukung pemerintah dengan perlindungannya terhadap 'serangan' impor. Sehingga, harga jual padi saat panen bisa dibeli pemerintah dengan harga yang tinggi, dan dijual lagi dengan harga murah.

Namun, sejak mantan Presiden yang pernah memimpin Indonesia selama 30 tahun tersebut 'tergoda' oleh aturan main lain yang dianggap bisa lebih meningkatkan devisa negara (pencanangan swa sembada beras di tahun 1984, red), pertanian perlahan mulai ditinggalkan dan di-anaktiri-kan. Sampai sekarang pun, pintu beras impor masih terbuka lebar, dan terus menindas para petani kita, bahkan sektor pertanian kita secara keseluruhan. Padahal, dengan mengimpor beras, beban utang luar negeri kita menjadi makin bertambah. Selain itu, harga jual panen yang sangat rendah, hadirnya tengkulak, ketiadaan jaminan pemerintah terhadap hasil panen, dll menjadi permasalahan sektor pertanian kita yang sudah menahun yang entah kapan bisa 'serius' diperbaiki pemerintah.

Efeknya...

Dengan keadaan yang seperti itu, kita seakan jadi bisa 'maklum' dengan efek yang timbul dari kondisi tersebut dalam bidang SDM, yaitu menurunnya minat generasi muda terhadap pertanian, bahkan bagi orang-orang yang selama ini telah menuntut ilmu bertahun-tahun di disiplin ilmu tersebut pula!

Sebagai contoh di Institut Pertanian Bogor (IPB), yang kita kenal sebagai universitas negeri "spesialis" pertanian. Ternyata, meski udah bertahan selama kurang lebih 4 tahun belajar pertanian, nggak serta-merta membuat sarjana-sarjana pertanian tersebut menerapkan ilmu pertaniannya ke sektor pertanian. Pekerjaan yang memberikan penghasilan tetap, berikut fasilitas-fasilitas dan jaminannya terbukti lebih menggoda para ahli pertanian tersebut untuk bekerja di kota, di dalam sejuknya ruangan ber-AC gedung perkantoran daripada di pelosok desa di bawah teriknya matahari.

Aniswatul, misalnya. Lulus dari Arsitetur Lanskap IPB, kini ia bekerja di sebuah perusahaan asuransi. Ada juga Zaimul, Sarjana Pertanian dari IPB yang kemudian justru berkarir sebagai Broker. Sama halnya dengan Johanes, alumnus IPB yang lebih memilih untuk berjuang mengikuti serangkaian ujian masuk MDP (Management Development Program) sebuah bank swasta. Lebih 'aneh' lagi, Dewi Sri yang kini bekerja sebagai PNS di Departemen Hukum dan HAM.

Mereka adalah contoh nyata menurunnya peminat pertanian. Alasannya? Macem-macem. Memang sih, nggak semua alumni sarjana pertanian 'nyebrang' ke industri lain, tapi nggak bisa dipungkiri juga kalo jumlah dari mereka yang ‘nyebrang’ ini lumayan besar, malah bisa jadi lebih besar dibanding yang tetep setia dengan konsentrasi ilmu yang telah dipelajarinya dahulu. Secara statistik memang agak susah dibuktikan, karena Kantor Jasa Ketenagakerjaan (KJK) IPB pun merasa kesusahan mendapatkan data-data valid “dimana para alumni bekerja”, -- suatu permasalahan yang pada umumnya terjadi di ‘pusat pengembangan karir’ di kampus-kampus lainnya.

Tapi, kamu pasti tau kemana temen-temen kamu pada bekerja kan? Kayak Gian, misalnya. Alumnus Arsitektur Lanskap IPB ini memperkirakan hanya sekitar 25% dari temen-temen seangkatannya yang bener-bener bekerja sesuai dengan bidangnya. “Dan biasanya, itu karena mereka-mereka memang senang atau hobi dengan bidang tersebut. Tapi buat yang hanya 'sekedar ngejalanin/ngerjain tugas-tugas kuliah', banyak yang lebih milih bekerja di industri lain, yang lebih menjanjikan."

Salah Mindset

Selain kondisi terpuruknya nasib pertanian negeri, kesalahan persepsi mengenai "pertanian" dipandang turut menyebabkan menurunnya peminat pertanian. Ir. Purwanto, SK, M.Si, selaku alumnus IPB yang udah 14 tahun ini berprofesi sebagai Dosen Pertanian di Universitas Mercu Buana (UMB), sekaligus sebagai Dirut SDM UMB dan Wakil Dekan Fakultas Psikologi UMB, mengaku turut prihatin dengan kondisi ini. "Generasi sekarang ini kurang minat pada bidang pertanian, mungkin karena mereka merasa bahwa lulusan pertanian itu identik dengan bercocok tanam dan berkebun. Memang pada dasarnya dulu seperti itu tapi sekarang perkembangannya sudah beda. Nah, biasanya image yang muncul tentang pertanian saat ini bahwa nantinya lulusan pertanian akan sulit mencari lapangan pekerjaan, kalaupun ada itu akan jauh dikirim ke Medan atau Sulawesi misalnya, dimana dia nantinya akan mengurus sebuah lahan atau perkebunan di pelosok desa. Karena siapa sih anak muda sekarang yang ingin hidup terpencil jauh dari kota dan kerja mengurusi sebuah lahan perkebunan yang berhektar-hektar?! Mungkin itu juga lah yang membuat generasi saat ini kurang meminati Fak. Pertanian. Padahal pertanian itu adalah ujung tombak produksi, maka sangat disayangkan sekali bila nggak ada lagi orang yang mau mempelajari pertanian. Bisa-bisa besok-besok kita hanya makan nasi sesuap-dua suap saja," ujar beliau panjang lebar.

Mindset yang salah akan makna "pertanian" ini juga menjadi concern Prof. Dr. Ir. Kusuma Diwyanto, MS, seperti yang diungkapkannya berikut ini, "Seringkali di Indonesia jika berbicara 'pertanian', yang terpikir adalah budi daya atau produksi. Padahal selayaknya sebuah industri, sektor pertanian mencakup perencanaan dan persiapan menyeluruh dengan analisa yang kuat agar budi daya bisa dilakukan optimal, kemudian hasil produksi bisa lebih diberdayakan agar bernilai tambah. Jangan hanya berhenti di bahan mentah, melainkan diolah lagi supaya bernilai jual dan menarik bagi industri-industri yang membutuhkannya..”

Dan 'sayang'nya, analisa beliau-beliau ini nggak meleset. Buktinya, dari beberapa narasumber yang diwawancarai Flash (pelajar, mahasiswa dan pegawai kantoran yang awam tentang "pertanian"), nggak ada satu pun yang "melihat" pertanian sebagai suatu industri yang bergerak dari hulu ke hilir. Di benak mereka, konsep "petani" hanyalah "buruh" yang kerjaannya cuma bercocok tanam. Karena itu menjadi petani dianggap bukanlah pekerjaan yang menjanjikan.

Benahi Mindset, dan Bangun Pertanian dengan Menjadi Petani Moderen!

Lantas, apa benar kondisi pertanian kita segitu buruknya? Apa benar 'Indonesia = Negara Agraris' hanya akan jadi sejarah? Apa benar nggak ada lagi peluang yang terbuka di sektor pertanian?

Ternyata... nggak benar tuh! Kita masih punya banyak lahan potensial untuk digarap, masih punya ahli-ahli pertanian dan kelompok-kelompok tertentu yang masih concern dengan kemajuan dan kemakmuran pertanian negeri ini, juga masih punya 'sejuta' peluang dari pertanian yang bisa dijadikan sebagai pilihan berkarir/berwirausaha.

Nah, untuk membangun kembali pertanian negeri ini, pertama-pertama dibutuhkan kesadaran terlebih dahulu bahwa sektor pertanian memang merupakan faktor terpenting untuk memajukan suatu negara. Dalam hal ini, membenahi mindset yang udah kadung tercipta, menjadi langkah awal yang harus dilakukan. Maka, mulai detik ini, sebagai generasi muda yang berkualitas, Flashers juga harus memahami, bahwa "bertani" itu kegiatannya nggak cuma bercocok tanam (produksi), tapi juga mencakup distribusinya, pengolahan, pengemasan, sampai pemasarannya! Ya, kalo generasi kita mau jadi petani, maka kita harus jadi "Petani Moderen", yang bisa mikir dari "A-Z" mengenai pertanian.

Syukurnya, beberapa Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) juga telah hadir untuk mewujudkan terciptanya "Petani Moderen". Kiprah sekelompok anak muda yang tergabung dalam Komunitas Muda Petani Baru Indonesia (KMPBI) misalnya, bisa kita jadikan panutan dalam upayanya mengembangkan sektor pertanian dan menciptakan Petani Moderen. Bekerja sama dengan Yayasan Obor Tani (YABORTAN), KMPBI menyelenggarakan "magang tani" dengan program penggemblengan para pemuda untuk lebih memahami pengetahuan tentang pertanian, pengembangan teknologi, pangsa pasar, dll. Mulai dari bagaimana mencangkul lahan dengan benar, persiapan bibit sampai pengelolaan pasca panen.

"Saat ini banyak anak muda, termasuk anak-anak petani yang malu menekuni profesi sebagai petani. Hal ini sangat mengkhawatirkan, sehingga membuat kami bertekad untuk mengangkat profesi petani agar tidak dianggap profesi rendahan. Justru kalau Indonesia ingin maju, masyarakat dan pemerintah harus bangga dan mau ngopeni sektor pertanian. Di negara maju seperti Jepang dan Amerika, pertanian justru menjadi salah satu andalan," kata Arif Subiyanto SPd, Ketua KMBI yang dulunya pernah menjadi Presiden BEM UNSIQ (Universitas Sains Al-Quran).

Begitu juga dengan Paguyuban Petani Gedongsongo (PPG) di Kabupaten Semarang, yang sengaja didirikan sebagai basis pemberdayaan pertanian bagi kaum muda. Mereka nggak hanya dididik untuk jago ngolah sawah, tapi juga mempelajari manajemen pertanian yang berbasis pertanian organik.

Nggak hanya LSM, baru-baru ini IPB pun bertekad untuk lebih meningkatkan kualitas belajarnya dengan membuka "University Farm" di Bogor. Pusat Pengembangan Agribisnis yang terlaksana atas kerja sama dengan Misi Teknik Taiwan di Indonesia ini didirikan di Desa Cikarawang, Bogor, juga dengan tujuan yang sama: menciptakan Petani Moderen yang hasil panennya bisa menembus pasar lokal dan internasional. Di atas lahan seluas 10 hektar itu, pusat agribisnis tersebut diharapkan tidak hanya menjadi pusat riset akademis, namun juga pemasaran hingga ke pasar ekspor.

Contoh lain dari semangat kebangkitan pertanian negeri ini adalah lahirnya wacana "MIRE" (Merauke Integrated Rice Estate), sebagai bentuk ambisi dari Kabupaten Merauke yang dikategorikan 'tertinggal', menjadi lumbung beras nasional setelah sebelumnya berhasil menyandang predikat sebagai lumbung beras Papua. Tentunya ambisi itu nggak cuma 'asbun' (asal bunyi, red). Bupati Merauke, Johanes Gluba Gebze, sadar benar akan kondisi penduduknya yang mayoritas masyarakat petani, karna itu ia berupaya meningkatkan produksi beras di wilayahnya. Bahkan Merauke telah berhasil swadembada pangan dengan menjual hasil berasnya ke kabupaten lain. Dan untuk mewujudkan ambisi Merauke yang lebih besar lagi, Bupati yang murah senyum dan dikenal dengan dekat dengan rakyatnya ini juga sangat memandang penting pembenahan SDM pertanian yang mau membangun Merauke (baik melalui pelatihan dan pendidikan). Hmm, lagi-lagi "Petani Moderen" didambakan, ya?!

Pertanian: Masih dan Selalu Berpeluang Besar

Jika melihat keseriusan yang dilakukan oleh mereka-mereka yang peduli pertanian tersebut, kita seperti diajak untuk tetap meyakini bahwa pertanian tetap menjanjikan, bahwa sebenernya pertanian memiliki peluang besar sebagai sumber pendapatan kita, baik untuk kantong pribadi maupun untuk devisa negara. Yang ternyata memang benar begitu adanya!

Biar lebih ngebuka paradigma kamu akan pertanian, flash akan mengungkapkan beberapa peluang berpotensi dari sektor pertanian, atl:

Tanaman Pangan: Potensi Terbesar

Ada satu hal yang menarik mengenai tanaman pangan ini. Jika bertanya ke ahli pertanian manapun, kamu pasti akan menemukan penjelasan yang sama tentang potensi tanaman pangan di negeri tercinta ini: selama masih ada manusia, tanaman pangan tetap akan slalu dibutuhkan. Manusia butuh makan, toh? Bayangin, berapa banyaknya penduduk Indonesia ini... Poin ini saja udah bisa kita ambil sebagai peluang yang menjanjikan, bukan? Belom lagi kalo kita melihat "pertanian" secara lebih luas lagi (tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, kehutanan, perikanan darat dan peternakan). Udah pasti, sejumlah peluang masih terbuka lebar untuk dimanfaatkan.

Buah Impor? Oke Banget!

Menarik berbicara tentang peluang pertanian dengan Pak Hertoto Basuki. Pak Basuki, demikian ia biasa disapa, pasti akan sangat bersemangat. Pengusaha sukses yang juga Ketua Badan Koordinasi Sertifikasi Profesi (BKSP) Jawa Tengah, Wakil Ketua Umum Kadin bidang SDM & Sistem Sertifikasi Kompetensi serta Pembina Yayasan Obor Tani ini memang punya kepedulian tinggi terhadap nasib pertanian dan petani di Indonesia. “Enam puluh persen rakyat Indonesia adalah petani, sudah sangat jelas mestinya mereka lah yang harus diperhatikan melalui menajemen pemerintahan yang berfokus pada ekonomi rakyat,” ungkapnya.

Nggak heran bila BKSP Jawa Tengah kemudian turut berpikir bagaimana berkontribusi di sektor pertanian. Dan dari hasil analisa menunjukkan buah impor memiliki peluang usaha yang besar di Indonesia. “Buah impor itu masuk ke Indonesia dengan nilai lebih kurang hampir 10 trilyun rupiah per tahun. Ini mendorong kami untuk berperan-serta membantu petani meraih peluang ini. Melalui Training Center dalam naungan Yayasan Obor Tani kami melatih petani-petani unggul untuk segmen buah impor. Dengan dukungan para ekspertis, para pelaku industri agro dan kemudian Pemerintah Daerah, kami yakin bisa menghasilkan buah-buah dalam kategori buah impor yang tidak kalah bersaing.”

Pak Basuki yang juga terlibat membina sekolah Menengah Kejuruan Pertanian di Jawa Tengah ini tak asal bicara. Terbukti sekelompok pemuda binaan Yayasan Obor Tani dalam praktek lapangan di Desa Wonokerto Kecamatan Bancak Kabupaten Semarang telah menghasilkan buah melon (jenis Honey Globe dari Taiwan) terberat di dunia (4,2 kg) dan tercatat dalam buku rekor MURI.

Mengapa buah impor Pak? “Kalau para calon petani ini diarahkan ke 9 bahan pokok, sama saja dengan mereka dikorbankan lagi. Industri pertanian di area 9 bahan pokok di Indonesia sudah terlalu pelik. Petani sering dihadapkan pada masalah tengkulak dan impor yang dilakukan pemerintah. Sedangkan di segmen buah impor kami berani bersaing. Secara kualitas kami tak kalah, lebih fresh dan bisa diterima outlet dalam keadaan masak. Marketnya pun terbuka, lihat saja buah-buahan ini laku di outlet-outlet dengan harga yang tidak murah.”

Jadi apakah buah impor boleh disarankan sebagai pilihan bagi anak muda yang ingin meraih peluang di sektor pertanian? Pak Basuki mengangguk, “Bercocok tanamlah buah impor, peluangnya masih besar,” ujarnya mantap.

Wonder Melon Lahir di Jawa Tengah

Melon seberat 4,266 kg? Yang bener? Ini bukan sulap, bukan sihir, tapi asli melon jenis Honey Globe yang benihnya berasal dari Taiwan ini tumbuh di lahan buah di Desa Wonokerto, Kecamatan Bancak, Kabupaten Semarang Jawa Tengah. Padahal melon yang biasa di pasaran, beratnya nggak lebih dari 3 kg! Di negeri asalnya malah si manis, seger dan berdaging tebal ini hanya sampai 2,5 kg!!

Ternyata anak-anak muda yang dari Kaum Muda “Baru” Petani Indonesia yang berhasil membudidaya melon ini. Gimana sih caranya bisa menghasilkan melon segede itu? Katanya budidaya wonder melon itu nggak pakai rekayasa genetika, melainkan teknik pertanian konvensional dengan modernisasi ala negara maju.

Dalam wawancara Flash dengan M. Mas Arif Ruba’i, Ketua Koordinator Kaum Muda Nadhatul Ulama yang turut terlibat dalam produksi melon jawara, pemuda ramah ini menjelaskan bahwa untuk mendapatkan melon ‘segede gaban’ itu, diperlukan niat dan semangat yang gigih dari para petaninya, karna nggak bisa langsung berhasil memuaskan. “Caranya juga biasa, seperti yang diajarkan di Yayasan Obor Tani (Yayasan yang khusus untuk melatih kader-kader ‘Petani Moderen’ dari anak muda di usia 18-35 tahun, red),“ kata Mas Arif. Namun, kegigihan, ketekunan dan pengalaman mereka akhirnya membuahkan hasil produksi melon yang rata-rata beratnya di atas 3 kg, yang kemudian dicatat MURI sebagai buah melon terbesar. Dan tau nggak sih, panennya itu cuma dilakukan dalam 3 bulan lho!!

Perasaan seneng udah pasti dirasakan mereka, tapi mereka akan lebih senang dan bangga lagi kalo bisa memproduksi hasil pertanian yang benihnya dari negeri sendiri. Iya dong, nasionalisme gitu looh... Harapan Mas Arif, “Inginnya hasil ini diteliti oleh institusi pemerintah agar bisa membantu Indonesia menghasilkan benih yang lebih baik. Harapan lainnya adalah agar teman-teman muda di Indonesia punya cara pikir lain tentang pertanian. Sektor ini bisa jadi harapan. Jadi supaya nggak hanya berpikir ingin bekerja di kota.”

Meraup Untung dari Tanaman Hias

Buat yang nggak hobi nyawah, bisnis tanaman hias atau bikin rumah bunga kayaknya asik juga tuh! Coba deh perhatiin, di tiap rumah tetangga kamu, selalu ada bunga kan?? Karna bunga bisa membawa keindahan ke rumah kita, makanya masih selalu dicari orang. Atau... inget kan, bagaimana anthurium dan adenium pernah menjadi aset bagi mereka yang mau berinvestasi di tanaman hias? Padahal awalnya tanaman itu sekedar tanaman liar yang tumbuh di dalam hutan lho, namun kemudian dibudidayakan dan menjadi tanaman yang unik dan menarik, bahkan harga jual tanaman tersebut bisa mencapai puluhan juta bahkan ratusan juta. Ckckck...

Tapi jangan lupa, banyak-banyak cari referensi bacaan biar tau arah tren tanaman berikutnya. Bisnis tanaman ini memang musiman.. jadi harus pinter-pinter ngebaca tren.

Agro Wisata

"Back to nature" adalah konsep yang mau ditonjolkan oleh wisata tani ini. Baik itu bertani, berkebun, atau beternak. Objek wisata ini menawarkan pengalaman bagi "orang kota" yang mau mengenal lebih jauh dengan dunia pertanian, perkebunan atau peternakan. Animonya sangat bagus lho! Memang sih, untuk membuka tempat wisata seperti ini membutuhkan lahan yang sangat luas dan tentunya modal yang nggak sedikit. Tapi, sungguh indah sekali bukan, kalo kita bisa sharing pengetahuan dengan orang lain, dan dibayar pula? Hehehe...

Beberapa contoh agro wisata yang bisa dijadikan referensi adalah Strawberry Sweethearts di Lembang, Little Farmers di Cisarua, Taman Buah Mekarsari di Cibubur, Kota Bunga di Puncak, dll.

Dari Singkong jadi Bensin Hijau Ramah Lingkungan

Ini adalah salah satu contoh nyata dari apa yang dimaksud para ahli pertanian kita mengenai "pertanian hendaknya dilihat sebagai industri yang bergerak dari hulu ke hilir". Semua orang Indonesia tau kalo singkong bisa dikategorikan sebagai makanan pokok orang Indonesia, selain nasi atau jagung. Tapi, nggak semua orang tau kalo singkong kini bisa diolah sebagai bahan bakar kendaraan bermotor. Tepatnya, sebagai bahan baku alternatif pembuatan bioetanol. Ya! Balai Besar Teknologi Pati (B2TP) Lampung lah yang mengembangkan riset ini.

Proses pembuatan bioetanol, dimulai dengan memarut singkong menjadi bubur singkong seperti proses pembuatan tepung tapioka. Bedanya, jika pada proses pembuatan tepung tapioka dilakukan ekstraksi, maka pada pembuatan tepung tapioka dilakukan proses hidrolosis. Hidrolosis adalah proses yang mengubah kandungan pati menjadi glukosa. Cairan gula selanjutnya dimasukkan ke dalam tangki fermentasi yang telah dilengkapi dengan pendingin dan dicampur dengan biakan mikroba. Hasil fermentasi ini akan menghasilkan etanol berkadar 8-11%.

Proses selanjutnya adalah distilasi untuk mendapatkan etanol dengan kadar alkohol 95-96%. Untuk mengurangi kadar airnya, etanol harus melalui proses dehidrasi guna mengurangi kadar air yang masih mencapai 4-5% hingga menghasilkan bioetanol berkadar alkohol 99%. Kabarnya, mobil yang memakai bahan bakar gasohol (gasoline alcohol), lebih sedikit menghasilkan emisi karbon monoksida dibandingkan dengan mobil yang menggunakan bahan bakar premium.

Jika program Gasohol berjalan dengan dukungan pemerintah dan rakyat, petani singkong mungkin akan dapat meningkatkan produksinya dengan menjual seluruh singkong produksi mereka ke pabrik-pabrik bioetanol. Peluang bagus, kan?

Kumpulin Ternaknya, Jualin Susunya

Jadi peternak juga seru lho! Mau sapi perah, kambing, atau kuda, terserah aja! Dari situ, kamu bisa bisnis susu murni deh! Apalagi, harga susu di supermarket sekarang ini kan mahalnya selangit, jadi susu murni yang langsung dari peternakan bisa menjadi alternatif.

Selain memanfaatkan susu murni dari hewan ternak, daging dan telur dari hewan ternak lainnya (misal ayam, bebek) juga masih menjanjikan. Secara, banyak bener bukan orang kita yang demen daging dan telur ayam?? Tapi, hati-hati flu burung dan penyakit hewan ternak lainnya ya!

Budidaya Tanaman Obat: Cara Lain jadi Dokter

Sekarang ini banyak orang yang ketika sakit lebih memilih untuk minum obat tradisional daripada pergi ke dokter. Bisa jadi karna lebih murah, atau karna ingin hidup lebih sehat tanpa takut dengan efek kimiawi yang kerap terdapat dalam obat-obatan. Ini juga peluang lho. Lagian, jenis tanaman obat itu pun banyak banget dan gampang dicari. Bayangin, dari 30-an ribu spesies tanaman berbunga yang ada di negara kita, sekitar 7 ribu diantaranya adalah tanaman berkhasiat obat! Dan dari jumlah itu, yang yang telah dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai bahan alami dalam perawatan kesehatan baru 1000-2000 spesies! Mmmh, siapa tau kamu bisa jadi penemu khasiat tanaman obat lainnya yang belum tersentuh masyarakat...

Apa aja tanaman yang paling banyak dicari orang? Diantaranya jahe, kencur, kunyit, temulawak, lidah buaya, kumis kucing, jeruk nipis, dll. Ada juga jenis tanaman yang selama ini kurang dikenal orang bahkan nyaris punah tapi mendadak jadi primadona dan dicari-cari karna dipercaya bisa membunuh sel-sel penyakit kanker. Namanya? Mahkota dewa.

Di Papua pun ada tanaman buah merah yang bisa menyembuhkan berbagai macam penyakit. Coba deh, mungkin flasher yang berada di Papua bisa lebih membudidayakan dan memasarkan lagi tanaman berkhasiat tersebut ke daerah-daerah lain, malah kalo bisa ke negara lain juga! Belom semua orang tau manfaat buat merah lho... Flash yakin, dengan strategi pemasaran yang baik, peluang ini bisa memberikan manfaat yang baik pula buat kamu!

So, nggak bisa jadi dokter? Jadi petani tanaman obat aja... Sama-sama nyembuhin orang, toh...

Belajar di mana?

Well, itu dia beberapa peluang yang kira-kira bisa kita manfaatkan dari bertani, berkebun atau beternak (tentunya masih banyak peluang lain yang bisa digarap, red). Gimana...? Tertarik jadi Petani Moderen yang turut berkontribusi dalam peningkatan devisa negara melalui sektor pertanian? Belajar dulu doong. Bertani itu kan nggak gampang. Butuh pemahaman dan strategi juga.

Biar bisa tau triknya, ada beberapa cara yang bisa kamu lakukan. Secara formal, kamu bisa belajar di sekolah kejuruan pertanian, atau universitas spesialis pertanian. Untuk kelas universitas, antara lain UMB (Jakarta), UGM (Yogyakarta), UNBRAW (Malang), UPN Veteran Yogyakarta, Universitas Udayana (Bali), UNSRI (Palembang), UNPAD (Bandung), atau UNIPA (Papua) bisa menjadi alternatif pilihan selain IPB. Sedangkan kalo mau langsung terjun ke lapangan, gabung aja dengan LSM-LSM peduli pertanian di kota kamu, misalnya ya seperti YABORTAN tadi (Semarang).

Selamat Bertani!

(Sumber: Berdasarkan laporan Aji, Santi, Tami dan dari berbagai sumber)

Box:

Ika, Alumnus Fak. Pertanian UMB

“Dulu aku masuk ke fakultas pertanian karna beasiswa. Pada dasarnya aku suka banget sama tanaman, apalagi dengan tanaman hias. Meski sekarang aku kerja di perusahaan IT, tapi aku nggak ngelupain pertanian kok. Ini juga kerja dalam rangka ngumpulin modal biar bisa bisnis tanaman hias nantinya.

Nanang Yusuf, Ketua Asosiasi Petani Belimbing Depok (APEBEDE)

“Belimbing Dewa rencananya akan dijadikan icon untuk kota Depok, sama seperti buah mangga sebagai icon Indramayu, atau apel yang identik dengan kota Malang. Ukuran belimbing ini sekitar 150-350 gram per buah dengan rasa manis menyegarkan. Pertanian belimbing ini sudah ada dari tahun ‘80an. Kini populasinya telah mencapai 28 ribu pohon produktif yang terdapat d iarea seluas 119,6 Ha yang tersebar di 6 kecamatan.”

Label:

posted by Flash Magazine at 01.26 0 comments

From Hobby To Career

Gali Potensi Dirimu

“Bukan nggak mungkin lho, pada akhirnya, hobi yang kemudian berkembang menjadi potensi itu, bisa kamu manfaatin sebagai sumber penghasilan, baik yang cuma sebagai penambah uang saku, atau yang serius menjadi profesi (karir).”

Hobi dan Bakat

Sebagai pelajar, kewajiban kita adalah menuntut ilmu untuk bekal masa depan kelak. Rutinitas yang kita hadapi sehari-hari, udah pasti belajar dan belajar. Dan sepertinya, belajar saat di sekolah dan kampus doang seakan kurang cukup bagi guru kita, sampe-sampe di rumah pun kita harus ngulang pelajaran lagi, entah karena ada tugas atau emang tuntutan biar bisa lebih kompetitif dengan siswa lainnya. Suntuk? Udah pasti. Mungkin hampir setiap orang bakal 'bisa gila' kalo otaknya terus-terusan dipake untuk mikir dan mikir. Akademis memang penting banget, tapi otak 'kan juga perlu istirahat!

Nah, sebenernya ada banyak cara untuk membuat rileks otak kita, tentunya dengan melakukan kegiatan yang ringan-ringan dong, yang nggak bikin panas otak! Misalnya, nonton tv, dengerin musik, hangout sama temen-temen, memanjakan diri di salon, atau main game. Kegiatan-kegiatan seperti ini memang dijamin enak banget untuk 'menyembuhkan' stress. Tapi, ada cara yang lebih jitu lagi lho untuk mengatasi penyakit otak, yaitu dengan melakukan kegiatan yang bener-bener menjadi passion kita, atau bisa dibilang sebagai hobi.

Banyak yang mengartikan hobi sebagai kegiatan yang dilakukan di waktu luang. Dan kegiatannya pun macem-macem, tergantung kesukaan masing-masing orang. Ada yang hobi fotografi, masak, naik gunung, otak-atik komputer, modifikasi kendaraan, basket, dan masih banyak lagi lainnya. Kamu juga punya hobi kan? Coba deh kamu inget-inget lagi, gimana perasaan kamu waktu kamu melakukan hobi kamu itu.. Suntuk? Nggak dong! Justru kamu akan merasa rileks dan excited banget, bukan?

Nah sekarang pikir lagi, seberapa sering frekuensi dan intensitas kamu melakukan hobi itu, seberapa seneng kamu melakukannya, dan seberapa puas kamu dengan hasil yang kamu dapatkan? Apakah ada orang lain yang pernah ngasih pujian tentang hasil dari hobi kamu itu? Iiiih ngapain sih nanya-nanya? Well, kenapa pertanyaan-pertanyaan itu wajib dipertanyakan kembali ke diri kamu adalah karena jawaban tersebut ternyata bisa membantu kamu untuk lebih mengetahui potensi diri kamu lho. Alias mengukur bakat. Biar bagaimanapun, yang paling tau kondisi diri kita ya kita sendiri. Mungkin ada kalanya kita mengucap, "ah gue nggak bakat ngelukis" waktu kita mencoba melukis dan hasilnya nggak banget, atau "wah hasil foto gue keren juga. Berbakat juga nih gue jadi fotografer". Narsis? Gapapa, asal banyak orang juga yang bisa mendukung kenarsisan kamu itu.

Urip Sedyowidodo, praktisi HR, menjelaskan mengenai definisi bakat. "Potensi/bakat adalah sesuatu yang muncul dari dalam diri seseorang, 'inherent' tertanam dan merupakan karunia Allah SWT. " Persis seperti pengertian Ubaydillah tentang bakat dalam artikel psikologi yang ditulisnya, "Bakat dalam pengertian bahasa atau dalam pengertian yang umum kita pahami, adalah kelebihan/keunggulan alamiah yang melekat pada diri kita dan menjadi pembeda antara kita dengan orang lain."

Makanya nggak heran kalo bakat orang bisa berbeda-beda, karena ya tergantung dengan kemampuannya masing-masing. Malah, telaah Thomas Armstrong, pakar pendidikan dari Harvard University yang sering berkolaborasi dengan Howard Gardner dalam membahas kecerdasan, dalam tulisannya berjudul Little Genuises, mengungkapkan bermacam-macam bentuk bakat manusia, yaitu:


Acting Ability (akting / gerakan)

Adventuresomeness (kepetualangan)

Aesthetic perceptiveness (estitika)

Artistic Talent (artistik)

Athletic prowess (ke-atlit-an)

Common sense (pengetahuan umum)

Compassion (peduli orang lain, mudah tersentuh)

Courage (keberanian)

Creativity (kreativitas)

Emotional maturity (kematangan emosi)

Excellent memory (kehebatan menyimpan data / menghafal)

Imagination (imajinasi)

Inquiring mind (keingintahuan)

Intuition (intuisi)

Inventiveness (daya cipta, penemuan)

Knowledge of a given subject (Pengetahuan spesifik)

Leadership abilities (kepemimpinan)

Literary aptitude (bakat kesastraan)

Logical-reasoning ability (kemampuan berlogika)

Manual dexterity (ketangkasan manual / ketrampilan tangan)

Mathematical ability (kemampuan matematis)

Mechanical know-how (penguasaan mekanis)

Moral character (karakter moral)

Musicality (permusikan)

Passionate interest in a specific topic (kegairahan mengikuti / mendalami topik tertentu)

Patience (kesabaran)

Persistence (ketangguhan)

Physical coordination (kerapian fisik)

Political astuteness (kelihaian berpolitik)

Problem-solving capacity (kemampuan menghadapi masalah)

Reflectiveness (kemampuan merefleksikan)

Resourcefulness (kepandaian mengatasi masalah)

Self-discipline (disiplin-diri)

Sense of humor (naluri melucu)

Social savvy (pemahaman sosial)

Spiritual sensibility (ketajaman spiritual)

Strong will (kemauan keras)

Verbal ability (kemampuan mengungkapkan secara verbal)

Daftar itu belom seberapa lho, masih banyak lagi deretan kemampuan alamiah yang dimiliki manusia. Jadi, buat kamu yang belom nemuin ranah bakat/potensi kamu, jangan takut!! Katanya, Tuhan menciptakan manusia dengan segala kebaikannya kok! Kamu tinggal terus menggali diri kamu sampe akhirnya menemukan potensi yang ada. Salah satu caranya, ya dari hobi tadi. Kegiatan yang kamu lakukan dengan penuh suka cita.

Aktualisasi Diri

Kalo kamu udah tau dimana bakat/potensi diri kamu, jangan berhenti sampe situ aja! Kecerdasan ibarat pisau, kalo nggak diasah ya bisa tumpul. Kata orang bijak sih gitu, hehe.. Tapi bener kok! Ya percuma aja lah kalo kita punya kemampuan tapi kita nggak tau gimana ngembanginnya.. Bisa ketinggalan jaman atuh... Bahasa gaulnya, nggak update!

Supaya potensi kita tetep terjaga utuh, ada baiknya kalo kita punya media untuk menyalurkan bakat tersebut, sekaligus untuk melatih dan mengembangkan bakat tersebut hingga lebih sempurna ke depannya. Yang paling populer sih, ikut aktif di ekskul, UKM, klub, atau tempat-tempat kursus informal. Join di komunitas dan ikutan forum juga bisa! Banyak cara deh. Tinggal sesuaikan aja ama dana yang ada. Ya kalo punya 'sponsor', belajar langsung di tempat kursus yang udah ternama bisa menjadi pilihan. Misalnya nih, sekolah fotografinya Darwis Triadi, sekolah animasi "Hello;motion", sekolah nyalon "Mustika Ratu", dll.

Tapi secara kita masih aktif di sekolah 'n kampus, bagus juga kalo kita turut aktif di kegiatan ekstrakurikuler yang ditawarkan sekolah, atau gabung di Unit Kegiatan Mahasiswa. Toh pilihannya juga banyak banget. Bersyukurlah kita hidup di jaman sekarang, dimana kesempatan kita untuk mengembangkan diri terbuka dengan sangat lebar, dan didukung pemerintah, seperti yang tercantum dalam Permendiknas No.22/2006 tentang Standar Isi yang memuat pengembangan diri dalam struktur kurikulum, dibimbing oleh konselor, dan guru/tenaga kependidikan yang disebut pembina. Pengembangan diri yang dimaksud disini adalah kegiatan pendidikan di luar mata pelajaran sebagai bagian dari integral dari kurikulum sekolah.

Pengembangan diri dianggap penting karena memiliki fungsi:

- Pengembangan: untuk mengembangkan kemampuan dan kreativitas peserta didik sesuai dengan potensi, bakat dan minat mereka.

- Sosial: untuk mengembangkan kemampuan dan rasa tangung jawab sosial peserta didik

- Rekreatif: untuk mengembangkan suasana rileks, menggembirakan dan menyenangkan bagi peserta didik yang menunkang proses perkembangan

- Persiapan karir: untuk mengembangkan kesiapan karir peserta didik.

Malah, SMAN 81 (Jakarta Timur), SMA Negeri yang tahun lalu menyandang predikat SMA Terbaik tingkat nasional (menyalip SMAN 8), sejak tahun 2002 sudah memasukkan kegiatan ekskul ke dalam kurikulum integralnya (menjadi intrakurikuler). Di sini nilai ekskul berperan sebagai salah satu syarat kenaikan kelas, jadi sifatnya wajib. Tujuannya? Tentu saja untuk mengembangkan bakat anak. "Otak kiri-kanan itu kan harus sama, tidak hanya belajar saja tapi dari segi lainnya juga harus. Sebagai sekolah unggulan, 81 kan pelajarannya ketat sekali, tapi dengan adanya kegiatan ekskul yang di inkul-kan, siswa diberi kesempatan untuk mengembangkan bakatnya. Ternyata di sini orang tua mendukung, dan anaknya juga senang, jadi sampe detik ini sih berjalan mulus ya," kata Bu Damilah, pembina Ekskul Tari Tradisional (Tatra) SMAN 81.

Ekskul Tatra sendiri, merupakan salah satu dari 21 ekskul yang ada di SMAN 81, yang udah mengantongi banyak piala dari berbagai kejuaraan. Dengan jadwal latihan minimal seminggu sekali, peserta Tatra yang sampai 40 orang itu dianggap Bu Damilah memiliki bakat yang sangat bagus, sampai-sampai mereka sering diminta tampil untuk acara-acara pemerintahan. "Anak-anaknya sih pada suka ya kelihatannya. Dan lagi, biasanya kalo kamu mau sekolah di luar negeri untuk pertukaran pelajar kan harus punya skill, misalnya nari, nyanyi, dll. Ya kita bekalin dengan motivasi seperti itu aja, karena di sini kan peluang pertukaran pelajar sangat besar. Kita juga nerapin disiplin, latihan jam 8 ya pada dateng jam 8. Trus juga menjalin keakraban. Kadang-kadang seniornya di kelas 3 juga suka ikut ngebimbing juniornya."

Dari cerita Bu Damilah mengenai kegiatan ekskul Tatra, setidaknya kita bisa lebih memahami akan maksud dari fungsi-fungsi didirikannya ekskul -seperti yang udah dijabarkan sebelumnya- memang benar begitu adanya. Pokoknya apapun ekskulnya, yang pasti, akan betul-betul bermanfaat bagi kita. Udah bakat kita tersalurkan dan terlatih, kita juga bisa lebih intens bersosialisasi dengan temen-temen yang memiliki kesamaan minat. Dan bisa bikin rileks. Nggak suntuk lagi deeehhh..

Sumber Penghasilan

Nah sekarang nih, ceritanya kamu udah tau banget dimana potensi kamu, trus kamu juga rajin mengasahnya. Berarti, bisa dibilang kamu semakin potensial dong? Kan practice makes perfect, semakin intens kamu berlatih, semakin berkembanglah potensi kamu. Kalo memang seperti itu, bukan nggak mungkin lho, pada akhirnya, hobi yang kemudian berkembang menjadi potensi itu, bisa kamu manfaatin sebagai sumber penghasilan, baik yang cuma sebagai penambah uang saku, atau yang serius menjadi profesi (karir).

Banyak juga kan cerita narasumber flash dalam rubrik entrepreneur, hobi, career, dll, yang membangun karir/usahanya berkat hobi yang digelutinya? Misalnya, Entrepreneur Flash 07, Xait yang berawal dari doyan 'corat-coret' tembok namun akhirnya berhasil menghasilkan jutaan rupiah untuk karya sneaker custom-nya? Atau, Sani (Career Flash 01), yang sukses digaet perusahaan kreatif Singapura berkat hobi bikin ilustrasi komiknya? Pokoknya banyak banget lah contoh-contoh orang yang sukses berkat hobinya, yang tau dimana potensi dirinya, dan tau juga gimana cara ngembanginnya. Jadi nggak usah ragu lagi, gali terus potensi dirimu yaaaaaaa biar bisa sukses menuju masa depan. (TM)

Label:

posted by Flash Magazine at 01.23 0 comments