Flash Magazine

Jumat, 01 Mei 2009

Management Trainee

Investasi SDM Perusahaan

Belakangan ini posisi Management Trainee (MT) semakin banyak dicari perusahaan. Coba aja tengok di lembar klasika “karir” pada koran Kompas hari Sabtu dan Minggu, kamu akan menemukan setidaknya 5 perusahaan yang membuka lowongan untuk posisi ini. Kondisi ini menggambarkan meningkatnya kebutuhan perusahaan akan kader pemimpin perusahaan di masa depan, yang berasal dari internal perusahaan.

Singkatnya, program MT memang sengaja diadakan perusahaan untuk mencetak calon-calon pemimpin perusahaan di masa depan. MT menjadi sebuah investasi SDM bagi perusahaan.

Nggak sembarang orang

Sebagai kader pemimpin masa depan, udah pasti nggak sembarang orang bisa mengisi posisi MT ini. Persyaratannya sangat spesifik. Jangankan babak kualifikasi akhirnya, screeningminimal 2,85 – 3,00*; umur maksimal 25 – 26 tahun*; TOEFL minimal 450 – 500*, IQ di atas rata-rata; Lulusan universitas unggulan, Ffresh graduate / pengalaman kerja 0 – 2 tahun*; dan Lulus proses rekrutmen awal (administrasi, psikotest, assessment, interview). (seleksi awal/administrasi)-nya saja udah begitu ketat. Yaitu: IPK

Tuh kan? Itu aja baru screening, nanti kalo Trainee --sebutan bagi peserta MT-- dinyatakan lolos, Trainee masih akan melewati serangkaian proses ujian lainnya (dibahas di sub-judul terpisah). Nggak heran, dari puluhan kandidat MT yang melamar -- bahkan di perusahaan besar sampai ratusan--, hanya belasan orang yang berhasil lolos seleksi awal tersebut. Dan jumlah itu akan semakin mengerucut seiring berjalannya program MT.

Belajar dan belajar

Lagi-lagi, sebagai kader pemimpin masa depan, dimana seorang pemimpin yang baik adalah pemimpin yang memahami seluk-beluk perusahaannya (good knowledge), maka MT pun dituntut untuk memahami proses bisnis perusahaan secara keseluruhan, se-detil-detilnya! Caranya adalah dengan belajar (in-class), juga OJT (On the Job Training).

Peserta MT akan diberikan materi yang luar biasa banyaknya selama program berlangsung. Adapun jenis materi yang diberikan juga tergantung dari kebutuhan MT perusahaan. Maksudnya, jika perusahaan membuka posisi MT untuk divisi tertentu, otomatis materi yang diberikan akan lebih fokus ke bidang yang bersangkutan. Namun, jika penempatan akan dilakukan berdasarkan hasil program MT nantinya, materi yang diberikan pun lebih variatif.

Materi in-class pada umumnya materi mengenai keseluruhan corporate (visi, misi, values, budaya kerja perusahaan, struktur organisasi, dll), management development, managerial & functional skill; sedangkan OJT adalah waktunya Trainee belajar langsung di lapangan. Selama OJT itu, Trainee akan di-rolling ke semua divisi perusahaan yang ada. Bayangin deh, kalo Trainee itu adalah peserta MT di perusahaan besar yang otomatis divisinya juga banyak karena manajemennya udah bagus, ya sebanyak itulah materi yang harus Trainee pelajarin.

Meski lamanya waktu OJT berbeda-beda tiap perusahaan (3 – 12 bulan), tapi bisa dibilang waktu yang diberikan tersebut teteup sangat singkat, mengingat Trainee harus mempelajari dan memahami semua proses bisnis (flow) di divisi itu. Seperti di PT Ceres Indonesia, misalnya. Selama 6 bulan Trainee harus mengikuti masa-masa OJT pada divisi yang berkaitan dengan bidang penempatan Trainee. Di Danone Aqua, Trainee di-rolling di semua divisi, dimana tiap-tiap divisinya hanya diberikan waktu 3 bulan untuk menyerap ilmu. Di agensi periklanan Initiative malah pernah lebih berat lagi. Peserta MT yang dikirim ke klien mereka, Telkomsel (sebagai salah satu penempatan wilayah OJT), pada waktu itu hanya diberi waktu 1 hari untuk mempelajari semua divisi di Telkomsel yang berkaitan dengan bisnis media. Kebayang kan gimana pusingnya?

Atas dasar itulah perusahaan menerapkan seleksi yang begitu ketatnya untuk kandidat MT. Mereka harus high potential, alias tahan banting dan nggak lemot.

Evaluasi

Dalam MT, ada 1 orang mentor (coach) yang bertanggung jawab terhadap jalannya proses belajar Trainee. Mentor tersebut biasanya adalah kepala divisi, jadi Trainee akan mendapatkan mentor yang berbeda di masing-masing divisinya. Tujuannya agar Trainee bisa belajar langsung dari ahlinya. Masing-masing mentor tersebut nantinya akan memberikan penilaian terhadap kinerja Trainee, yang pastinya akan menjadi rekomendasi bagi kelulusan Trainee. Selain evaluasi dari mentor, faktor utama lainnya yang menjadi penentu kelulusan MT adalah hasil ujian akhir mereka. Ujian akhir di tiap perusahaan berbeda-beda, antara lain: presentasi, studi kasus, product knowledge, interview, diskusi kelompok, dan assessment.

Senior Staff

Ketika seorang Trainee dinyatakan lulus program MT, otomatis ia akan tercatat sebagai staf permanen di perusahaannya. Tapi bukan sebagai staf biasa lho, melainkan selevel dengan supervisor. Bahkan ada juga yang langsung menjabat sebagai junior manager. Intinya, lulusan MT di perusahaan manapun, akan naik pangkat menjadi staf senior! Ya, dengan program MT, jenjang kamu memang akan lebih tinggi dibanding dengan rekrutmen jalur biasa. Artinya, kamu bisa lebih cepat sampai ke posisi on top melalui program MT ini. Sedangkan bagi yang nggak lulus, mau nggak mau ia harus meninggalkan perusahaan itu. Psst.. peraturan ini berlaku bagi semua perusahaan yang menyelenggarakan MT lho. Yang nggak lulus, ya langsung di-cut!

Udah dididik, dibayar pula

Seperti yang udah diketahui, program MT itu kan sebenernya adalah program pelatihan, pembelajaran, dan pendidikan. MT direkrut karena tidak/kurang tersedianya tenaga ahli yang sesuai dengan kebutuhan perusahaan, sehingga Trainee diasah dari nol dan benar-benar dipersiapkan sebagai pimpinan perusahaan di masa depan (siap pakai) yang sesuai dengan nilai dan budaya perusahaan. Berarti, bagi Trainee, bisa dibilang program ini sangat berguna bagi pengembangan pengetahuan dia. Udah gitu, ia juga nggak perlu bayar sepeser pun pada perusahaan yang telah memberikan pendidikan bermanfaat padanya. Sebaliknya, perusahaan “terpaksa” harus mengeluarkan biaya untuk “memintarkan” Trainee tersebut agar tujuannya mencari kader pemimpin dapat tercapai.

“Udah dididik, dibayar pula”. Itulah keunggulan lain para MT. Apalagi, jumlah nominal yang diterima mereka jauh lebih besar dibandingkan nominal yang diterima fresh graduates untuk rekrutmen staf biasa. Paling tidak, 2 juta rupiah bisa dikantongi para MT ini lho per bulannya!

Orang-orang pilihan

Dari pembahasan di atas, kita bisa mengambil kesimpulan bahwa peserta MT pada dasarnya adalah orang-orang pilihan yang dinilai memiliki jiwa kepemimpinan yang dapat membawa perusahaan ke arah yang lebih baik lagi. Namun ada baiknya kalo hal tersebut nggak bikin kamu (peserta/lulusan MT) jadi sombong. Ingat, selama perusahaan masih terus menerima kandidat MT, berarti masih akan ada kandidat-kandidat terpilih yang sama bagusnya dengan kamu, yang juga dipersiapkan sebagai kader pemimpin perusahaan berikutnya.

Makin bagus, makin dibajak

Sepertinya hampir semua perusahaan yang memiliki program MT mengakui bahwa kerugian diadakannya program MT ini adalah "maraknya pembajakan" pada para lulusan MT, terlebih pembajakan lulusan MT di perusahaan yang MT-nya terkenal bonafit. Astra International, Danone Aqua, dan Initiative & Lowe, kerap mengalami hal seperti ini. Trainee yang sudah dipersiapkan dengan matangnya dan diharapkan bisa muncul sebagai pimpinan perusahaan, ‘kabur’ dibajak perusahaan lain yang mengiming-imingi dengan berbagai kelebihan. Mengenai hal ini, perusahaan hanya bisa tersenyum kecut. Tapi yang pasti, hal-hal seperti itu nggak serta merta membuat perusahaan-perusahaan itu menghilangkan program MT andalannya. Mereka tetap semangat mencari kandidat baru yang pantas menduduki pimpinan perusahaan, baik dari segi hardklill, maupun softskill. Hmmm, loyalty termasuk softskill, bukan?

Untuk lebih jelas lagi mengenai program MT, berikut adalah sedikit gambaran mengenai MT di beberapa perusahaan besar.

Danone Aqua

Nilai tambah bagi yang aktif berorganisasi

MT di Danone Aqua baru diadakan selama 2 periodik, tepatnya pada tahun 2003 dan 2005. Tidak diadakan secara reguler karena memang hanya dibuka jika ada kebutuhan pada masing-masing divisi perusahaan. Di sini, program MT diselenggarakan selama 18 bulan, dimana Trainee akan di-rolling ke semua divisi dengan waktu 3 bulan pada masing-masing divisinya. Selama waktu itu, Trainee akan dipersiapkan untuk menjadi kader-kader pemimpin perusahaan, paling tidak sebagai junior manager. "Berbeda dengan rekrutmen fresh grad biasa, dengan MT seseorang bisa menjadi pimpinan dalam waktu 2 tahun," kata Priyo Gunawan selaku Manajer SDM Danone Aqua.

Syarat masuk MT di Danone Aqua sama dengan yang telah disebutkan di depan, hanya saja di sini ada nilai tambah bagi kandidat yang di masa kuliahnya aktif berorganisasi. Soft skillscreening administrasi, proses berikutnya yang akan kamu lewati adalah interview dengan HRD dan users, kemudian mengikuti assessment, juga medical test. dipandang memegang peran penting dalam meningkatkan kualitas seseorang. Kemudian setelah lolos

Dari puluhan kandidat, Danone Aqua hanya merekrut kurang lebih 10 Trainee tiap batch-nya. Dan belum tentu ke-10 orang tersebut berhasil menjadi junior manager nantinya, karena semua balik ke performance masing-masing. Namun hingga kini, sudah ada beberapa orang lulusan MT Danone Aqua yang menjabat sebagai Depo Manager.

Di Danone Aqua, posisi MT sudah dianggap sebagai karyawan golongan supervisor. Mereka menduduki golongan 10, sementara level direktur berada di golongan 7. Menurut Arbono Lasmahadi, Direktur SDM Danone Aqua, dibutuhkan waktu (rata-rata) 2 tahun bagi lulusan MT Danone Aqua untuk bisa menjadi Junior Manager, atau 5-6 tahun sampai akhirnya bisa menjadi Senior Manager. Bukan waktu yang lama jika kamu membandingkannya dengan fresh grad yang mengikuti rekrutmen staf biasa: meski udah 5-6 tahun bekerja, mereka baru bisa sampai di level supervisor!

Kalo kamu tertarik untuk apply di Danone Aqua, ada satu hal yang ditegaskan oleh Pak Arbono, bahwa Danone Aqua bukanlah tempat yang cocok bagi para peminat instan (high flyers), artinya meski kamu berhasil lolos program MT sekalipun, tetep saja ada jenjang-jenjang yang harus kamu lewati sampai akhirnya bisa on top. "Perusahaan ini perlu endurance (kesabaran) dan persistance (kegigihan) dari seseorang, mengingat Danone Aqua adalah perusahaan besar," kata beliau. Namun, jika kamu bisa mengikuti budaya kerja perusahaan, beliau menjamin bahwa kesempatan pengembangan karir di sini akan ada, bahkan sangat bagus.

Oya, program MT di Danone Aqua ini, juga sangat diperhatikan oleh Presdirnya lho! Karena dalam periodik tertentu, sang Presdir turut serta berinteraksi dengan para Trainee. Wah, asik juga ya bisa belajar langsung dari big boss...

PT Ceres Indonesia

Kerjasama dengan pihak kampus

Sebenernya, MT di PT Ceres Indonesia udah berlangsung sejak lama, namun tahun 2007 ini adalah tahun / angkatan pertama bagi MT Commercial (program MT yang dibuka khusus untuk mempersiapkan ahli-ahli di bidang commercial). Program ini dimulai pada bulan Januari lalu, dan akan diadakan selama 1 tahun dengan pembagian waktu 6 bulan materi in-class, dan 6 bulan masa OJT. Meski difokuskan pada bidang commercial, MT angkatan I ini menerima fresh grad dari multidisiplin. Hanya, IPK kamu harus minimal 3,00, dan berusia maksimal 26 tahun. Biasanya dalam 'menjaring' kandidat yang oke punya, PT Ceres bekerjasama dengan pihak kampus. Tentunya bukan dengan sembarang kampus, melainkan dengan kampus yang tergolong dalam 10 universitas terbaik (unggulan).

Untuk tahun ini, yang berhasil lolos masuk MT angkatan I Commercial ada 15 orang (dari 400an kandidat yang nglamar). Padahal, untuk memenuhi kebutuhan MT Commercial ini awalnya hanya dibutuhkan 10 orang. Namun karena ke-15 kandidat yang ada dinilai sangat qualified, akhirnya mereka semua pun diloloskan.

Mengenai proses seleksinya, Urip Sediowidodo (HR Group Head PT Ceres) dan Natalia (Coordinator MT Commercial PT Ceres) menjelaskan bahwa seleksi MT di Ceres cukup ketat karena dilakukan oleh 2 pihak. Pertama, kandidat harus melewati serangkaian tes yang diadakan oleh internal PT Ceres itu sendiri, dan kedua, harus ada keterangan lulus dari LPPM, selaku lembaga eksternal yang bekerjasama dengan PT Ceres, sebagai tim penguji para MT. Di sini, Trainee diberi tugas untuk membuat paper yang akan diuji melalui presentasi. Selain kedua hal itu, yang paling unik dan seru sekaligus berat adalah materi outbound (sebagai salah satu materi OJT), dimana untuk melihat poin leadership atau teamwork mereka, Trainee juga mengalami latihan fisik ‘ala militer’!

Sepertinya berat banget ya proses seleksinya.. tapi semua itu sebanding kok dengan hasil yang akan mereka dapatkan jika dinyatakan lulus MT nantinya, yaitu mereka akan serta merta menjabat sebagai Junior Manager! Asik kan? Hanya dalam waktu 1 tahun belajar, mereka udah bisa menjadi Junior Manager! Dan mereka pun akan ditempatkan di cabang-cabang/pabrik Ceres, dengan status sebagai pimpinan baru!

Di Ceres, meski peserta MT setara dengan supervisor, namun selama program MT itu berlangsung Trainee masih dianggap sebagai peserta magang, bukan pegawai dengan PKWT (Perjanjian Kerja Waktu Tertentu). Artinya, perusahaan tidak akan menuntut kompensasi tertentu dari peserta MT jika di tengah jalan ia mengundurkan diri. Sebaliknya, selama magang itu, peserta MT dibekali uang saku yang besarnya sekelas dengan supervisor! Cihuy nggak tuh?

Initiative & Lowe Advertising Agency

Belajar keseluruhan bisnis perusahaan hanya dalam waktu 6 bulan

"To get a good leader, at the end," kata Deciana Subono, HRD Group Head Initiative, ketika menjelaskan maksud dari tujuan program MT di perusahaannya. Lebih lanjut Bu Deci berkata bahwa dalam proses menuju ke arah sana, peserta MT yang rata-rata adalah fresh grad, akan dididik dari nol sehingga pada akhirnya perusahaan bisa mendapatkan high quality employee yang sesuai dengan kebutuhan perusahaan.

Untuk mendapatkan high quality employee itu, perusahaan mematok kualifikasi sbb: minimal S1, IPK 3,00, fresh graduate atau pernah bekerja maksimal 1 tahun di luar bidang advertising; dan multidisiplin (prefer matematika, ekonomi, statistik, marketing komunikasi). Lho kok malah bukan jurusan advertising? Untuk hal ini Bu Deci menjelaskan bahwa di media, poin utamanya adalah implementation, dimana mereka bener-bener harus bisa analithical,method dan angka-angka. Karena itu kandidat yang lebih banyak di-hire adalah kandidat dari jurusan tersebut di atas. So far, banyak lulusan UI, IPB dan Unpad yang bergabung di agensi ini, meski sebenernya perusahaan ini tidak hanya fokus pada ketiga universitas tersebut.

Program MT di Initiative dan Lowe hanya berlangsung selama 6 bulan -- jangka waktu tersingkat dari jangka waktu program MT yang ada pada umumnya. Selama 6 bulan itu, peserta MT dituntut untuk menguasai semua proses bisnis perusahaan. Tiga bulan pertama dihabiskan Trainee dalam internal media itu sendiri (di-rolling ke semua divisi). Selain diberi orientasi mengenai perusahaan dan mempelajari masing-masing divisi, mereka juga sudah diikutsertakan dalam brainstorming untuk projek-projek yang ada. Jadi, Trainee ini pun sudah bisa merasakan "kebiasaan" lemburnya media, yang bahkan terkadang suka sampe dini hari.

Kemudian 3 bulan selebihnya waktunya Trainee 'dilepas' ke luar perusahaan, baik itu ke media partner (elektronik dan cetak), juga ke klien perusahaan. Waktu belajar di masing-masing klien itu berbeda-beda, tergantung dengan availability waktu klien. Seperti yang udah disinggung di awal, ada juga klien yang cuma bisa menyediakan waktu selama 1 hari. Tapi pada umumnya di media elektronik mereka belajar selama 2 minggu.

Proses evaluasi MT di Initiative dan Lowe dilakukan setiap 3 bulan. Trainee harus mempersiapkan presentasi mengenai apa yang sudah mereka pelajari 3 bulan itu. Ada ujian individu, ada juga secara berkelompok. Sedangkan untuk ujian mengenai materi pembelajaran di 3 bulan terakhir, Trainee juga diminta untuk presentasi studi kasus tentang permasalahan yang ia lihat selama dilepas ke klien tersebut. Kemudian manajemen akan mengevaluasi keseluruhan nilai Trainee yang dikumpulkan dari masing-masing dept head yang bertanggung jawab. Panel dan individual interview lagi-lagi akan dihadapi Trainee dalam ujian terakhir ini. Namun, Personnel & Legal Manager Lowe Viena Meuthia mengatakan, untuk lolos MT ini, perusahaan tidak hanya melihat pada kepintaran seseorang, tapi juga berdasarkan attitude-nya, dan terlebih pada unsur teamwork. Pada akhirnya ketika Trainee dinyatakan lulus, ia akan diangkat sebagai permanent staff yang berada pada level 4 (dari 10 level). "Kurang lebih 4 tahun, lulusan MT yang perform baik akan sukses menduduki kursi Manager (level 6)", kata Bu Deci.

Asuransi Bintang

Presdir-nya pun lulusan MT

Mungkin kamu nggak terlalu familiar dengan nama Asuransi Bintang, tapi kamu harus tau bahwa perusahaan ini merupakan salah satu perusahaan pertama yang menyelenggarakan program MT di industri asuransi itu sendiri.

Asuransi Bintang mulai menyadari pentingnya memiliki pegawai-pegawai yang siap pakai dengan standar kualitas yang diinginkan perusahaan sejak tahun 1984. Pada waktu itu, ketersediaan tenaga ahli dalam bidang asuransi kerugian memang sangat minim. Atas dasar itulah perusahaan merekrut tenaga-tenaga kerja baru yang akan dipersiapkan sebagai pemimpin di masa depan, sehingga kebutuhan perusahaan akan SDM yang memiliki pengetahuan dan kemampuan teknis asuransi berikut kepribadiannya yang sesuai dengan budaya perusahaan, dapat terpenuhi melalui program MT. Adapun syarat menjadi kandidat MT ini adalah: fresh grad multidisiplin yang memiliki IPK minimal 2,85; namun bisa juga seseorang yang pernah bekerja maksimal 2 tahun dengan referensi baik. Itu adalah screening awal. Selanjutnya, kandidat harus lulus proses seleksi berikutnya, meliputi: psikotest, tes bahasa Inggris, interview, dan diskusi kelompok.

Materi pembelajaran MT di Asuransi Bintang tergantung pada kebutuhan. Jika dari awal perekrutan perusahaan sudah menentukan divisi mana yang memerlukan MT, maka materi pembelajaran akan difokuskan pada bidang itu, namun jika penentuan akan dilakukan di akhir masa pendidikan, maka Trainee akan mempelajari seluruh materi pada divisi yang ada. Selama 6 - 12 bulan (tergantung kebutuhan), Trainee belajar mengenai pengetahuan industri asuransi dan perkembangannya, teknis asuransi, product knowledge, business process, pemasaran dan manajemen. Semua materi ini dipelajari dalam program in-class, OJT, termasuk pembuatan paper.

Setelah program MT berakhir, Trainee akan dievaluasi oleh tim dengan berbagai macam poin penilaian, seperti: pengetahuannya mengenai asuransi, product knowledge, prestasi kerja selama OJT, sikap dan perilaku (akhlak, disiplin, teamwork, communication skill, achievement motivation, dll). Yang nggak lulus akan langsung di-cut, sementara yang lulus akan berubah status menjadi pegawai dengan golongan Senior Staff. Tentunya salary kamu akan jauh lebih besar dibanding besarnya "honorarium" (istilah kompensasi untuk MT di Asuransi Bintang) ketika dalam masa training --selama training Trainee mendapat honorarium, uang makan, uang transport juga biaya pondokan (kos) bagi yang berasal dari luar kota.

Meski tergantung pada prestasi kerja seorang lulusan MT itu sendiri, Direktur SDM Asuransi Bintang Bpk. Andy Rustam Munaf, memberikan gambaran bahwa di Asuransi Bintang, lulusan MT bisa menjabat sebagai manajer dalam kurun waktu 3-5 tahun. Dan hingga kini, dari 13 angkatan yang ada, Pak Andy menyebutkan bahwa lebih dari 15 lulusan MT sudah sampai di posisi manajer. Bahkan Presiden Direktur Asuransi Bintang kini, Bpk. Muhaimin Iqbal, adalah lulusan MT Asuransi Bintang angkatan III tahun 1987.

AMDI (Astra Management Development Institute)

Management development-nya sudah terstruktur dengan baik

Jika berbicara mengenai magement development, kurang sreg rasanya kalo kita nggak 'menyinggung' perusahaan yang udah terkenal menelurkan pemimpin-pemimpin yang berkualitas ini. Bayangkan, dengan jumlah anak perusahaan sebanyak 126 buah dan total karyawan kurang lebih 120.000 orang, Astra tetap komitmen dalam mengembangkan kompetensi karyawannya. Untuk itu, di Astra ada sebuah lembaga independen yang fokus utamanya pada pengembangan kompetensi karyawan, lebih spesifik lagi untuk posisi manajerial. Namanya AMDI (Astra Management Development Institute). Lantas, apa hubungannya dengan MT?

MT di Astra memang dipegang oleh masing-masing anak perusahaan, namun untuk management development-nya, semua jenjang tetap dipegang oleh AMDI. Jadi, semua anak perusahaan mengirimkan peserta Trainee-nya ke AMDI untuk diberikan pelatihan. Dengan kata lain, management development yang pada dasarnya berjenjang itu (dibahas selanjutnya), merupakan bagian dari program MT anak perusahaan Astra. Berarti bisa dibilang, AMDI memegang peran penting dalam program MT masing-masing anak perusahaan itu.

Dalam programnya pelatihannya, AMDI memiliki 5 jenjang yang harus dilalui secara bertahap oleh para level staf ke atas. Program-program itu adalah, Astra Basic Management Program (ABMP), Astra Firstline Management Program (AFMP), Astra Middle Management Program (AMMP), Astra General Management Program (AGMP), dan Astra Executive Development Program (AEDP).

ABMP adalah program yang diberlakukan untuk semua staff level yang baru masuk menjadi karyawan Astra, termasuk para MT masing-masing anak perusahaan. Kemudian ketika seseorang udah bekerja beberapa tahun, memiliki potensi baik, juga performancenya dianggap bagus sehingga akan dipromosikan sebagai firstline manager atau yang disebut orang sebagai supervisor, orang yang akan dipromosikan tersebut akan dibekali lagi dengan pelatihan kepemimpinan di AFMP. Trus sekiranya nanti akan dipromosikan lagi menjadi middle manager, orang yang bersangkutan akan mengikuti pelatihan lagi dalam AMMP. Begitu seterusnya, sampai ke level eksekutif. Sekarang tau kan, kenapa jebolan Astra adalah orang-orang yang berkualitas? Karena mereka selalu diberikan pelatihan-pelatihan yang bermanfaat bagi pengembangan kompetensi mereka.

Balik ke kaitan MT dan ABMP yang diselenggarakan oleh AMDI, ABMP kemudian menjadi salah satu referensi penilaian bagi Trainee. Mereka yang selama 1-2 minggu itu diberi pelatihan mengenai Astra values, management system dan kompetensi self-leadership, pada akhirnya memang akan dinilai oleh AMDI. Nah penilaian itu lah yang dijadikan basis untuk standar kelulusan Trainee. Dan biasanya, penilaian yang diberikan AMDI selaku penyelenggara ABMP sangat dipertimbangkan oleh anak perusahaan, karena dianggap valid dan objektif. Agustus 2007 lalu, AMDI baru meluluskan angkatan ABMP ke-184.

Sebagai pemilik berbagai penghargaan dalam kategori manajemen HRD dan training, Astra memang patut dijadikan panutan. Sejak dulu Astra selalu mengutamakan strategi promotion from within, artinya para eksekutif yang ada di Astra semaksimal mungkin merupakan hasil pengembangan dari dalam. Seperti yang dikatakan Bpk. Ekuslie Goestiandi (Team Leader AMDI), bahwa untuk menemukan orang pintar tidaklah mudah, tapi menemukan orang yang cocok dengan budaya perusahaan itu jauh lebih sulit lagi. "Jadi alasan kenapa kita prefer pada orang dalam adalah kita ingin memastikan, ketika orang itu bekerja untuk kita ia benar-benar bisa fit dengan budaya perusahaan," ujar Pak Ekuslie. Selain itu, promotion from within juga bisa dianggap sebagai rasa penghargaan bagi karyawan yang sudah meniti karir di Astra. "Yang jelas, Astra memiliki program yang berjenjang, dimana semua orang bisa mengikuti jenjang tersebut. Yang berbeda adalah kecepatan orang melewati jenjang tersebut," jelas beliau lagi.

Benefit lain yang ditawarkan Astra adalah paket salary-nya yang di atas rata-rata pasar. Mungkin bukan yang tertinggi, tapi Astra selalu menjaga agar tetap kompetitif dengan pasar. Hmm, sepertinya hal-hal itulah yang membuat banyak orang mengincar bekerja di Astra, atau tetap betah berada di Astra. Andrianus Indra Setiadi selaku Faculty Member AMDI menambahkan, kecilnya turn over karyawan di Astra bisa dibilang karena keberhasilan orang-orang Astra Recruitment Center (ARC) yang cukup jeli melihat karakter dan kompetensi calon karyawan, juga karena konsistennya Astra dalam menerapkan budaya-budaya & manajemen dalam sistemnya.

Lalu, syarat masuk ke Astra sendiri itu seperti apa ya? Pak Ekuslie menjelaskan bahwa dalam rekrutmennya, Astra melihat kandidat dari 2C: Competency dan Caracter. "Jika ada kandidat yang sangat pintar dan kompeten, tapi kalau karakternya tidak cocok dengan budaya Astra, belum tentu dia pas untuk Astra," kata Pak Ekuslie. Untuk level staff ke atas, kualifikasi yang diminta sudah pasti harus lulusan S1. Pada intinya Astra terbuka bagi semua universitas dan jurusan, walau ada juga universitas-universitas juga jurusan tertentu yang diprioritaskan sesuai dengan kebutuhan.

Testimoni peserta / lulusan MT

Rosie Halim dan Apriyanto, Peserta MT Commercial I PT Ceres Indonesia

"Mudah-mudahan semuanya lulus"

Rosie, cewek lulusan Tehnik Sipil UNPAR ini, ngerasa beruntung banget bisa masuk MT PT. Ceres Indonesia. “Aku banyak belajar disini, terutama manajemen dan problem solving,” ujar Rosie. Sedangkan bagi Apri, Alumnus fakultas Hukum UNAIR angkatan 99, ia senang bisa masuk MT PT Ceres Indonesia karena PT Ceres Indonesia menerima calon peserta MT dari berbagai background pendidikan. “Biasanya kalo di perusahaan lain peserta MT terfokus pada satu background pendidikan, tapi kalau disini macem-macem,” jawab Apri ketika ditanya tanggapannya tentang MT di PT Ceres Indonesia.

Untuk masuk menjadi peserta MT PT Ceres Indonesia, Rosie dan Apri harus bersaing dengan sekitar 400an calon peserta lain dari berbagai kampus-kampus terbaik di Indonesia. Karena itu mereka bersyukur bisa berhasil melewati 3 tahapan tes awal seperti tes psikotes oleh internal PT Ceres Indonesia, pelatihan manajemen dan tes oleh LPPM dan terakhir interview dengan calon user mereka. Meski kini mereka sudah terpilih menjadi salah satu dari 15 peserta MT, Rosie dan Apri masih harus “berjuang” dengan teman-temannya yang lain.

Sebagai peserta MT yang akan ditempatkan di bagian commercial, Rosie dan Apri diberikan materi pelatihan antara lain budaya kerja perusahaan, pengenalan perusahaan dan produk-produknya, pricing, distribusi, promosi, display merchadising dan lain-lain. Selain itu, mereka juga diikutkan dalam berbagai pelatihan manajemen dan soft skill, outbound untuk melatih fisik dan mental juga diikutkan dalam berbagai seminar. Nggak hanya itu, mereka juga diberi berbagai tugas paper yang sebagian besar adalah studi kasus.

Setelah melewati 6 bulan pelatihan secara teori, kini para peserta MT sedang menjalani on the job training atau pelatihan praktek. Mereka juga mengikuti praktek kerja di Jogja Dept. Store Bandung untuk belajar tentang hubungan kerjasama antara Jogja dept. Store dengan PT Ceres Indonesia, proses pendistribusian barang, penanganan stok barang di gudang, penjualan, promosi dan proses pengadaan barang di Jogja Dept. Store.

Hingga saat ini belum ada satu orang pun yang gugur dalam proses MT yang sudah mereka lewati selama 9 bulan terakhir ini. “MT ini akan berjalan hingga akhir tahun 2007 ini, harapanku sih mudah-mudahan semuanya lulus,” ujar Rosie. (dee)

Asri Wulandari (Wulan), Peserta MT Bank Niaga 2007

"Berat banget!"

"Berat banget!", itulah komentar pertama Wulan waktu ditanya kesannya dalam menjalani program MT di Bank Niaga. "Gimana nggak berat, baru 1 bulan berjalan, gue udah ngadepin 5 kali ujian! Minggu depan ada ujian ke-6, trus abis itu OJT di luar kota selama 3 minggu, dan pulang-pulang bakal ada ujian lisan!," curhatnya. Waduh, kita aja ngedengernya udah merinding, apalagi yang ngalamain ya? Tapi, memang seberat itulah tantangan peserta MT Bank Niaga.

Lama waktu program MT di Bank Niaga adalah 8 bulan. Selama kurun waktu itu, Wulan dihadapkan pada kurang lebih 9 macam modul yang menanti tuk 'dilahap'-nya. Jangan salah, 1 modul itupun materinya bermacam-macam lho. "Sekarang gue baru selese modul risk management, abis itu masuk modul operation system," katanya menjelaskan. Nantinya, Wulan akan ditempatkan di bidang consumer banking. Tapi meski udah difokuskan, bukan berarti Wulan nggak diberikan materi lain selain bidang tersebut. Ia tetep harus belajar dan memahami bidang yang bukan digarapnya nanti. Bedanya, jika kelas lain OJT-nya selama 4 kali, Wulan 'hanya' dapet jatah OJT 3 kali.

Sebagai peserta MT, Wulan dijanjikan untuk menduduki jabatan sub manager jika kelak ia dinyatakan lulus program MT ini. "Kalo ga salah sih sebutannya sub manager... Ya pokoknya gue ngelompatin 7 tahun deh, kalo pake jalur biasa". Hmm, kalo gini sih nggak heran jika MT Bank Niaga menuntut persyaratan tinggi bagi kandidat MT-nya: lulusan universitas ternama dengan IPK minimal 3,00, dan usia maksimal 25 tahun.

Azalea Aina (Jella), Lulusan MT Initiative tahun 2004

"Optimis jadi manajer"

Senior Planner adalah posisi yang diduduki Jella saat ini, tepatnya 3 tahun setelah ia dinyatakan lulus MT. Jella mengaku, meski program MT terasa berat pada waktu itu, namun ia kini sudah merasakan benar manfaat dari program MT yang ia pelajari selama 6 bulan itu.

Dulu, ketika Jella mengikuti program MT di Initiative, ia belum tau pada divisi mana ia akan ditempatkan. Alhasil ia dan keempat rekan Trainee harus rela di-rolling di semua divisi yang ada, juga 'dilempar' ke klien perusahaannya. Tidak hanya mengamati, Jella juga dilibatkan dalam berbagai kegiatan, misalnya brainstorming di creative department, editing TVC di AV dept., casting di talent dept., supervisi event di luar kota, dll. Namun justru karena ketidakfokusan tersebut Jella jadi mengerti seluk beluk industri periklanan dari berbagai sudut pandang. Ia jadi tau proses dan flow kerja masing-masing departemen, sampai keuntungan mendapatkan networking yang luas yang bermanfaat hingga kini, juga keuntungan meningkatnya kemampuannya bersosialisasi dan komunikasi, mengingat ketika OJT ia "terpaksa" harus berinteraksi dengan berbagai orang dari latar pekerjaan yang berbeda. Apalagi, dengan ditunjuknya pengajar yang rata-rata adalah orang-orang terbaik di industri periklanan, Jella pun makin pinter berkat ilmu pengetahuan yang mereka sharing.

Kini, berkat orang-orang terbaik itu pula lah Jella terinspirasi dan termotivasi untuk bisa seperti mereka, bahkan lebih.. Sehingga ketika ditanya apakah kelak ia dipromosikan sebagai manajer, Jella pun menjawab optimis, "iya dooong".

(TM)

Label:

posted by Flash Magazine at 01.16

0 Comments:

Posting Komentar

<< Home